Pertemuan 14 Filsafat Islam
Hai semua!
Pertemuan kali ini membahas tentang "Ibn Rusyd: Sejarah Hidup dan Karyanya, Jawaban atas Sanggahan al-Ghazali, Kausalitas dan Mukjizat" yang dipaparkan oleh kelompok 12 dengan anggota Raisha Maghfira Ibriansa, Firdausi Nuzula, dan Putri Almi Almaira. Mari kita simak penjelasan selanjutnya.
SEJARAH HIDUP IBN RUSYD
Ibnu Rusyd adalah seorang ulama dan filsuf Muslim yang lahir di Kordoba pada tahun 520 H/1126 M dari keluarga hakim. Setelah menguasai fikih, ilmu kalam, dan sastra Arab dengan baik, ia menekuni matematika, fisika, astronomi, kedokteran, logika, dan filsafat. Ia berhasil menjadi ulama dan sekaligus filsuf yang tak tertandingi. Ibnu Rusyd juga memiliki hubungan yang baik dengan kerajaan Islam Muwahidin terutama dengan amir. Pada tahun 1169, ia dilantik sebagai hakim di Sevilla dan kemudian dilantik sebagai dokter istana pada tahun 1182 M. Namun, pada tahun 1195, ia mendapat berbagai tuduhan, termasuk tuduhan mengajarkan aliran sesat, dan ia harus menghadapi pengadilan di Kordoba. Pengadilan memutuskan Ibnu Rusyd bersalah, menyatakan ajarannya sesat dan memerintahkan agar tulisan-tulisannya dibakar. Ibnu Rusyd diasingkan ke kota kecil Lucena, sebuah permukiman Yahudi yang berada di sekitar Kordoba. Ibnu Rusyd banyak mengarang buku, tetapi yang asli berbahasa Arab sampai ke tangan kita sekarang hanya sedikit. Sebagian darinya adalah buku-buku yang telah diterjemahkan ke dalam Latin dan Yahudi. Sebagian besar karya Ibnu Rusyd musnah bertahun-tahun terakhir hidupnya, yaitu ketika dirinya diterpa fitnah, dimana penguasa yang dikarenakan tuduhan-tuduhan tersebut memerintahkan agar karya-karyanya dibakar.
PEMIKIRAN FILSAFAT IBN RUSYD
Ibnu Rusyd memandang bahwa filsafat dan agama dapat berada dalam keselarasan, dan bahwa kebenaran yang ditemukan melalui filsafat tidak seharusnya bertentangan dengan ajaran agama Islam. Meskipun demikian, dia juga memandang bahwa orang awam mungkin tidak dapat memahami kebenaran filosofis dan oleh karena itu perlu diberikan pemahaman yang sesuai oleh otoritas agama. Ibnu Rusyd mengakui peran penting akal dalam mencapai pengetahuan dan pemahaman. Akal, menurutnya, adalah alat yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk memahami dunia dan ajaran agama. Oleh karena itu, akal harus digunakan secara aktif dalam mencari kebenaran.
KARYA FILSAFAT IBN RUSYD
- Al-Kulliyat fi at-Thib: Kitab ini berisi prinsip umum yang bekerja di dalam tubuh, baik ketika sehat maupun sakit, dan diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad ke-12 dengan judul Colliget
- Tahafut at-Tahafut: Kitab ini berarti "kerancuan atas kerancuan" dan menggabungkan gagasannya sendiri dengan gagasan Plato. Dalam karya ini, Ibnu Rusyd mengkritik karya Imam al-Ghazali yang berjudul Tahafut al-Falasifah dan mengulas kritik terhadap filsafat Ibnu Sina yang bercorak Neoplatonisme.
Komentar
Posting Komentar